MEWUJUDKAN PEMBELAJARAN BERMAKNA DAN MERDEKA BAGI GENERASI MILINEAL

David Ausubel (1963) seorang ahli psikologi pendidikan menyatakan bahwa bahan pelajaran yang dipelajari harus “bermakna’ (meaningfull). Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengkaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seorang.

 

Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan dingat siswa.Belajar bermakna menurut Ausubel (1963) merupakan proses mengaitkan informasi atau materi baru dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif.Ada tiga faktor yang mempengaruhi kebermaknaan dalam suatu pembelajaran, yaitu struktur kognitif yang ada, stabilitas dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Sehubungan dengan hal ini, Dahar (1996) mengemukakan dua prasyarat terjadinya belajar bermakna, yaitu: materi yang akan dipelajari harus bermakna secara potensial, dan anak yang akan belajar harus bertujuan belajar bermakna.

Di samping itu, kebermaknaan potensial materi pelajaran bergantung kepada dua faktor, yaitu materi itu harus memiliki kebermaknaan logis, dan gagasan-gagasan yang relevan harus terdapat dalam struktur kognitif peserta didik.

 

Terkait dengan pendapat diatas dapat dikrucutkan bahwa pembelajaran bermakna harus sesuai dengan lingkungan peserta didik dengan melibatkan kognitif, afektif, dan psikomotor, serta pengalaman konkrit sesuai zamannya.

Oleh karena demikian ada banyak hal yang sebenarnya dapat membuat pembelajaran ini  menjadi sangat bermakna. Salah satu contohnya pada Materi IPAS dengan Tujuan pembelajaran “ Peserta didik mampu menunjukkan letak kota/kabupaten dan provinsi tempat tinggalnya pada peta konvensional/digital”. Maka, hal yang mampu menjadikan bermakna adalah peserta didik mempraktikan langsung dengan androidnya dengan berkolaborasi dengan orang tua, saudara, guru, dan temannya untuk melakukan perjalanan dengan memanfaatkan google map ataupun google eart. Hal ini, akan memberikan pengalaman nyata bagi peserta didik terkait akurasi peta melalui google map ataupun eart tersebut. Karena pada google map mampu menunjukan gambar, berupa staelit, serta memberikan informasi berapa jauhnya, lamanya perjalanan dengan menggunakan suatu kendaraan, serta jalur yang akan ditempuh.

Pembelajaran seperti ini akan lebih bermakna ketimbang menggunakan peta secara konfensional ataupun atlas. Walau memang tidak harus mengenyampingkan hal tersebut. Disisi lain inilah yang dimaksud dengan pendidikan sesuai dengan kodrat alam dan kodrad keadaan menurut Ki Hajar Dewantara. Admin06