RUMUS MERUBAH KARAKTER MENJADI BUDAYA
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarrakaatuh.
Salam Santun, Sehat, Merdeka dan Bahagia. Salam ini merupakan salam untuk era karakter. Saya katakan era karakter, karena lagi buming pendidikan karakter bagi bangsa kita Indonesia. Mengapa begitupentingnya pendidikan karakter ?, bukankah yang lebih penting itu adalah kompetensi ?. Sahabat pembaca yang merdeka. Saya punya cerita. Tatkala saya dimintai oleh sang pujaan hati membelikan semangkok bakso. Saya melaju dengan motor vario putih menerobos ramainnya kendaraan yang berlalu lalang. Dengan perjuangan tersebut, tibalah saya diwarung bakso pilihan. Saat saya masuk ingin memesan baksonya. Mas penjual bakso keluar dan memanggil seseorang yang tengah duduk didepan warungnya. Setelah seseorang itu datang, mas penjual menyuguhkan semangkuk bakso. Seseorang tersebut bertanya lirih, dari siapa mas ?, ini dari ibu yang gendong anak. Ibu muda itu menyantap semangkuk bakso sambil menggendong anaknya dengan diapait diketiak kirinya. Saat seseorang tersebut mengambil baksonya, tangannya gemetar, wajah terlihat lesu, sambil jalan membungkuk dan tersenyum. Seseorang ini adalah tukang parkir.
Disini saya mendapatkan pengalaman terbalik. Ketika saya berada disebuah toko saat mau pulang. seorang wanita dengan membuka mobil mengatakan maaf ya mas, tidak ada uang kecil. sang tukang parkir mengangguk sambil menurunkan tangan yang ditadahkan tersebut. Brakkk....! pintu mobil ditutup, telinga saya mendengar sepotong kalimat yang berbunyi "Repotnya sang tukang parkir" disini sana tukang parkir semua.
Saudara pembaca. Dari dua cerita berdadsarkan pengalaman nyata diatas, menggambarkan akan pentingnya karakter bagi generasi kita bangsa Indonesia ini. Karakter apa yang diharapkan dari dua kejadian diatas? itukan pertanyaannya.
Sahabat pembaca semuannya. Dari cerita yang pertama menunjukan sikap peduli yang dalam profil pelejar pancasila dengan dimensi gotong royong dengan elemen peduli, dan subelemen membangun rasa peduli terhadap orang lain. Bayangkan saja, andai seorang ibu muda tadi, tidak memiliki sikap peduli, mungkin tukang parkirnya akan melihat saja orang - orang yang makan sembari bercanda dan tertawa bahagia, padahal ada orang lain yang ingin juga merasakan kelezatan semangkuk bakso. Kasus kedua, disini perlunya adanya kesepakatan antara tukang parkir dengan pemilik kendaraan. Dalam artian, bahwa tukang parkirnya memiliki legitimasi dari pemerintah daerahnya. Sehingga, kehadiran mereka bukan menjadi persoalan bagi masyarakat pengguna kendaraan yang terparkir pada suatu tempat. Disisi lain, tukang parkir memberikan layanan jasa berupa keamanan kendaraan yang terparkir dari pelaku kriminal pencurian motor dan lain sebagainya.
lalau, Bagaimana upaya pelaku pendidikan yakni guru dalam menanamkan nilai - nilai kepekaan sosial ini kepada para peserta didiknya. Ada yang mengatakan bahwa, perilaku itu sebenarnya bersumber dari pikiran. semuanya berawal dari pikiran. Bukan dari perilaku. Artinya dalam sebuah pendidikan karakter yang dilakukan adalah merubah pola pikir seorang anak tentang karakter yang diharapkan melekat pada dirinya. Turunan dari Budaya itu berawal dari pikiran. Rumusnya seperti ini " Pikiran-Ucapan/Prilaku-Kebiasaan-Karakter-Budaya/nasib. Sekarang kita bahas rumusan tersebut.
1. sebenarnya pikiran manusia itu dibagi dua yakni pikiran sadar dan pikiran dibawah sadar. Pikiran sadar adalah pikiran yang muncul dan bersifat sementara. sedangkan pikiran bawah sadar adalah pikiran yang paling besar pengaruhnya dan permanent. Jadi, yang harus diperbaiki oleh pendidik adalah mengubah pikiran bawah sadarnya peserta didik bukan mengubah prilakunya dulu baru dipikirkan. ini namannya terbalik.
2. Dari pikiran akan turun menjadi ucapan atau perbuatan yang disebut dengan prilaku. Jika dalam pikirannya sudah ditanamkan dengan sesuatu makan itu yang akan kelauar dari ucapan dan perbuatan seorang anak. Sebagai contoh : Si A lahir dari keluarga yang suka berkata - kata kotor. Maka, si A akan terbiasa dengan mengucapkan kata - kata kotor tersebut. Karena yang dia terima dalam hari - harinya adalah kata - kata yang kotor tadi. Kedua, Si B lahir dari keluarga yang berbicaranya pelan, lembut, dan tidak banyak bicara. maka, Si B akan kaget jika mendengan si A menggunakan kata - kata yang kotor. Jadi, antara si A dan B terjadi kontradiktif. Si merasa biasa saja, sedangkan si B merasa tabu dengan ucapan si A. Hal ini, menunjukan apa yang didengar, dan dilihat secara terus menerus oleh seorang anak, itulah yang akan direkam dalam pikiran bawah sadarnya. Atau bisa saja Si A berprilaku baik, berkata - kata lembut. Namun, ketikan pikirannya diusik dengan dibuat marah. Maka, secara spontan kata - kata kotornya akan dilontarkan pula.
3. Kalau seorang anak setiap hari peserta didik - didik diberi pemahaman tentang hal - hal yang baik, kemudian diulang - ulang minimal 21x maka itulah yang akan tertanam dalam pikiran bawah sadarnya. kebiasan mengulang - ulang ini, akan menjadi kebiasaan bagi seorang peserta didik tersebut.
4. Kalau seorang anak sudah terbiasa melakukannya secara terus menerus, maka itulah namannya karakter.
5. Jika kebiasaan yang diulang ini dilakukan secara terus menerus atau menjadi karakter makan akan membentuk nilai. sehingga, nilai - nilai ini akan mengatur pola kehidupan yang disebut dengan budaya.
Sahabat pembaca yang Bahagia. Mari kita merubah pikiran peserta didik - kiita melalui merubah pikirannya. caranya diajarkan secara berulang - ulang dan terus menerus. bukan hari ini pelajaran sikap disiplin, besok, tanggungjawab, lusa menghormati. Hal itu tidak akan tertanam dalam pikiran bawah sadar seorang anak. Tetapi yang benar adalah, Ajarkan kedisiplinan, atau tanggungjawab, minimal diulang 21 hari. barulah hal tersebut akan tertanam dalam pikiran bawah sadar seorang anak. Salam_Admin06