La Sampula dan La Mbuku Menangkap Ayam Hutan Oleh : Erdin, S.Pd.

Berikut kami  bagikan cerita legenda yang berasal dari suku mbojo. cerita sudah sangat familiar bagi masyarakat mbojo. oleh karena itu, kami mengabadikan dan menghidupkan kembali cerita - cerita tersebut dalam versi terbaru tanpa menghilangkan identitas asalnya. 

Sebuah perkampungan dekat hutan hiduplah La Sampula dan ibunya. La Sampula adalah anak yatim yang di tinggal mati oleh ayahnya. La Sampula sangat menyayangi ibunya. Hari – harinya ia habiskan untuk berburu di hutan dekat rumahnya. Hasil tangkapannya pun cukup banyak setiap ia berburu ayam hutan. setelah sore ia akan pulang dengan membawa hasil tangkapannya untuk di olah oleh ibunya sebagai bahan santapan sore. Ia pun selalu gembira dan bersemangat karena selalu mendapatkan hasil ketika berburu. 

Pada suatu hari saat ia bermain ia bertemu dengan temannya La Mbuku . La Mbuku  dengan gembira menyambut temannya La Sampula.

“kemana saja kamu seminggu ini, La Sampula? “. Tanya La Mbuku  penasaran.

“Aku tidak kemana – mana. Aku hanya berburu ayam hutan di dekat rumah ku.” Jawab La Sampula.

“ Oh ya?. Banyak ya yang kamu dapat?”. Tanya sibodoh dengan penasaran.

“ Ya... lumayan. Setiap hari aku tak pernah pulang dengan tangan hampa”. Jelas La Sampula.

Mendengar penjelasan La Sampula, La Mbuku  penasaran. Ia pun ingin mencoba untuk berburu ayam hutan. Ia menawarkan diri untuk ikut dengan La Sampula untuk berburu ayam hutan jika akan berangkat berburu ayam hutan lagi. La Sampula pun setuju mengingat ada temanya untuk ngobrol di hutan serta untuk mempermudah tugasnya memasang perangkap nantinya.

 Waktu berburu ayam hutan pun tiba. Mereka berangkat dari rumah La Sampula menuju hutan terdekat tempat biasannya La Sampula memasang perangkap – perangkap menangkap ayam hutan. Sementara La Mbuku  ikut membantu La Sampula dalam melakukan pemasangan perangkap Ayam hutan. La Sampula menjelaskan cara membuat perangkap ayam hutan itu, yaitu ambil ranting – ranting dari semak – semak tutupi jalur – jalur yang dibisa dilewati ayam hutan pada semak – semak. Tujuannya adalah agar ayam hutan melewati jalur yang telah kita pasangi perangkap.  “Baiklah ! jawab La Mbuku  dengan senang hati”. Setelah selesai melakukan pemasangan perangkap mereka biasannya bersuara sesuai dengan suara ayam hutan untuk memancing ayam hutan itu datang. Suara itu dilakukan dua sampai tiga kali saja. Setelah itu mereka menunggu beberapa saat untuk mengecek perangkap – perangkapnya.

Waktu pemeriksaan perangkap pun tiba. La Sampula dan La Mbuku  membagi tugas. “La Mbuku , kamu kearah kanan. Putar sampai kembali ke posisi awal. saya akan kearah kiri, kemudian kembali lagi ketempat semula sehingga nanti kita akan bertemu ditempat yang sama”. Perintah La Sampula kepada temannya La Mbuku .

“Baiklah La Sampula, titah saya laksanakan.” La Mbuku  mencandainya.

“ah ... kamu banyak bercandanya, ayo laksanakan ! perintah La Sampula. 

“Baik Tuan ! Titah saya laksanakan !. canda La Mbuku  lagi.

Akhirnya mereka pun  berjalan sesuai rencana pengontrolan. Tiba – tiba La Mbuku  berteriak. “ La Sampula ..., La Sampula disini ada yang terkena perangkap, besar lagi.” Jelas La Mbuku .

“tunggu – tunggu biar saya yang tangkap”. Pinta La Sampula sambil berlari.

Ayam hutan pun mereka dapat satu ekor. Kemudian mereka melanjutkan lagi pemeriksaan perangkapnya. Ternyata mereka mendapat tiga ekor ayam hutan.

Tiba saatnya pembagian hasil tangkapan. Mereka berdua beristirahat di tanah yang agak lapang untuk beristirahat.

“La Sampula, bagaimana kalau kita bagi dahulu hasil buruan kita sebelum sampai di rumah? Tanya La Mbuku  dengan penuh harap.

“ Baiklah, biar saya yang bagikan. Kata La Sampula. Ayamnyakan ada tiga nih...! sambil dia ambil ayamnya La Sampula membagikan. Ini buat kamu...satu ayam hutan, ini buat saya satu juga ayam hutan, dan yang ini punya siapa? Tanya La Sampula kepada La Mbuku ”. Karena masih ada sisa satu ayam hutan ditangannya.

“Hey ... ! kamu ini bagaimana sih. Kata La Mbuku , membagi tiga ekor ayam hutan saja gak bisa. Di suruh sekolah gak mau. Ejek La Mbuku  pada temannya sibodoh dengan ngelucu.

“Ya ... udah kamu saja yang bagikan, yang penting selesai urusannya. Kata La Sampula agak kesal”.

“hum... baiklah, sambil mengambil ayam hutan La Mbuku  memberikan kepada La Sampula ayam hutannya. Ini buat kamu La Sampula satu ayam hutan, ... ini... buat saya satu juga biar adil ayam hutannya, nah...! satunya lagi memang buat siapa ya? Tanya La Mbuku  juga kebingungan.

“ bodoh kamu...! kata La Sampula. Sini saya yang bagikan. Ini buat saya satu ayam hutan, ini buat kamu satu juga, yang ini buat siapa...?

Mereka terus kebingungan dalam berbagi tiga ayam hutan yang didapatnya. Lama mereka duduk merenung. Bagaimana cara membaginya ? pikir mereka dalam hati.

“ aaaa.... ! saya ada ide. Kata La Mbuku . Ayo kita coba bagi lagi. Saya tahu caranya. Jelasnya.

La Sampula yang sudah merasa kebingungan pasrah saja pada ide temannya La Mbuku .

“Baiklah... ! silahkan jika kamu punya cara membaginya. Jelas La Sampula, mempersilahkan.

“sini ! sambil ia pegang ketiga ayam hutannya. Ini buat saya satu ekor, dan ini buat kamu satu ekor, hum... satunya memang buat siapa ya ? tanyanya lagi. Ia kembali kebingungan. Ya sudah, kamu saja yang membaginya La Sampula. Ajak La Mbuku .

“tidak mau ah...! hasilnyakan sama saja. Jawab La Sampula pasarah.

Tiba – tiba suara bising mereka yang berdebat membagi ayam itu terdengar oleh orang lain yang saat itu mencari kayu bakar. Orang itu pun mendekatinya. Orang itu biasa mereka panggil Dae.

“ada apa kalian berdua ribut disini ? tanya Dae Penasaran.

“begini Dae. Kan kita tangkap ayam hutan tiga ekor. Kemudian kami berdua membaginya. Namun tidak selesai – selesai”. Jelas La Mbuku .

“Coba kalian membagi lagi, supaya saya tau cara menyelesaikan masalah kalian”. Pinta Dae.

“Baiklah Dae. Begini cara kita. Ayam hutankan ada tiga nih. Nah... ! satu ayam hutan buat saya, satunya lagi buat La Sampula, dan sisanya buat siapa ?. kan tidak ada? Ya... Kami kebingungan lah. Jelas La Mbuku  mempraktekan cara mereka.

Dae saat itu langsung tertawa melihat cara La Sampula dan La Mbuku  membagi hasil tangkapan mereka.

“Baiklah ! bagaimana kalau saya yang membaginya ? ajak Dae.

“Boleh ... boleh ! jawab La Sampula dan La Mbuku  bersamaan.

Dae langsung mengambil dan memegang tiga ayam hutan tangkapan mereka itu, kemudian membagikannya.

“Ini ayam hutanya buat kamu La Sampula. Nah..., yang satu lagi buat kamu La Mbuku . Sedangkan sisanya buat saya. Berhasilkan ? kata Dae.

“Oh....? iya benar. Kenapa Dae terlambat datang? Kita tidak kebingungan membagi ayam hutanya dari tadi. Pinta La Sampula.

La Mbuku  mengangguk – angguk saja, seolah dia masuk akal dari kejadian itu.

Setelah selesai pembagian hasil tangkapan ayam hutanya, mereka La Mbuku  dan La Sampula pulang kerumah dengan senang membawa hasil tangkap.

 

Ketika sampai di rumah, La Sampula menceritakan kejadiannya kepada ibunya. “Bu...! tadi kita dapat tangkapan tiga ayam hutan. Namun kami membaginya tidak selesai – selesai”. Jelasnya.

“Kenapa ? tanya ibunya simpel.

“Karena ayamnyakan ada tiga, kami Cuma berdua. Ya...! gak bisa bu ! jelasnya.

“coba kamu praktekan cara mu tadi S Bodoh. Pinta ibunya.

La Sampula langsung menjelaskan dengan bangganya.

“gini... bu ! ayam hutannyakan ada tiga. Nah satu untuk saya, satu lagi untuk La Mbuku , dan sisanya gak ada yang punya. Jelasnya

“Terus satunya, kemana sekarang ?”. tanya ibunya lagi.

“untung datang Dae bu. Jelas La Sampula

“Mengapa dengan kedatangan Dae ?” tanya ibunya penasaran

“ kan..., dengan datangnya Dae pembagian cepat selesai bu”. Jelas La Sampula

“Baaimana ceritanya ?”. pinta ibunya semakin penasaran

“gini bu...! ayam hutanyakan ada tiga. Nah..., cara membaginya adalah satu ayam hutan untuk saya, satunya lagi untuk La Mbuku , dan satu sisanya untuk Dae. Selesaikan bu pembagiannya?”. Jelas La Sampula kepada ibunya.

“waduh..., kamu ini benar – benar bodoh La Sampula....., harusnya ayam hutan yang sisa itu kalian bagi berdua. Jelas ibunya.

“bagaimana caranya bu ?”. tanya La Sampula kembali.

“ ya... disembelih dahulu ayam hutanya, kemudian kalian membagi masing – masing setengah dari ayam huta sisanya itu. Jelas ibunya kesel

“oh iya ya ... bu. Waduh kita sudah rugi katanya.

Begitulah kisah La Sampula dan La Mbuku  dalam mencari ayam hutan.

 

Pesan Moral : kita harus banyak belajar agar tidak menjadi orang yang bodoh.  

 

Penulis : Erdin, S.Pd.