Kisah Mujair dan Katak Versi Erdin

Pada sebuah kolam, hiduplah anak – anak mujair dan katak. Saat kecil katak dipanggil “Bong” oleh Mujair. Sedangkan Mujair dipanggil “Njir” oleh Kecebong. Mereka anak – anak yang riang. Bermain kejar – kejaran adalah hobby mereka. Tampak sesekali mereka nampak diatas air sambil kejar – kejaran.

Seiring bergesernya waktu, usia merekapun semakin bertambah. Dengan bertambahnya usia, maka postur tubuh mereka mulai nampak perubahan. Ikan badanya semakin besar, sirip – siripnya mulai melebar dan tajam. Sedangkan kecebong ekor dan badannya tetap, namun ia memiliki sepasang kaki yang berselaput. Keduanya terlihat senang. Mereka tetap bermain bersama tanpa melihat perbedaan yang nampak diantara mereka.

Semakin bertambahnya usia, semakin berubah. Dari memiliki sepasang kaki dan ekor kecebong, kini ekornya telah hilang. Sehingga kecobong berubah namanya menjadi katak. Sedangkan mujair, ia hanya bertambah besar dan gemuk saja. Tidak berubah wujud sebagaimana temannya kecebong menjadi katak. Namun mereka tetap semangat dan bahagia dengan keadaan mereka masing – masing.

Aktivitas katak dan mujair mulai nampak berbeda. Katak mulai memisahkan diri dari sahabatnya mujair. Ia sering duduk diatas daun teratai yang ada dikolam tersebut, sambil menikmati suasana disekitar kolam. Sementara Mujair tidak bisa melakukan seperti sahabatnya katak. Ia hanya lincah dalam berenang mengarungi di dalam kolam.

Keesokkan harinya, setelah pagi datang. Katak memberanikan diri keluar dari kolam, dan mengarungi suasana disekitar kolam. Sesampailah katak diatas batu yang berjarak 3 meter dari kolam. Batu itu sangat besar, tingginya setinggi dengan kambing dewasa. Katak duduk diatasnya, ia melihat banyak hal. Sangat berbeda dengan susana dalam kolam. Katak semakin kagum dengan kondisi alam diluar kolam. Kemudian iapun kembali kedalam kolam. Terdengar bunyi air saat ia masuk dalam air. Tak lama kemudian, sahabatnya mujair datang menghampiri.

Mujair          : hey ... ! udah pulang rupanya ? canda Mujair menyapa katak

Katak           : ya ...! aku melihat banyak hal hari ini. Jawab katak menggoda pikiran

mujair.

Mujair          : emang apa saja yang kamu lihat ? tanya mujair penasaran.

Aku melihat pohon yang besar, akupun duduk diatas batu yang tingginya setinggi dengan kambing, aku juga melihat kambing berjalan bergerombol, dimana dalam gerombolannya, ada yang besar dan juga yang kecil, mungkin itu anaknya.

Jelas katak.

Mujair yang saat itu mendengarkan cerita katak, ia membayangkan bahwa pohon yang besar, batu yang tingginya setinggi dengan kambing, kambing berjalan bergerombol, bentuknya seperti ikan. Mujair sangat senang mendengarkan cerita sahabtnya tersebut. Karena menurutnya banyak yang mirip dengan nya diluar sana. Pikiran itu hanya dia simpan sendiri, sesuai dengan apa yang ia bayangkan. Berbeda dengan katak yang melihat langsung, sangat berbeda dengan pikiran ikan mujair sahabatnya. Setelah selesai bercerita katak Kemudian melanjutan istirahat, sementara mujair masih membayang – bayangi cerita sahabatnya itu.

Hari berikutnya, katak keluar lagi dari kolam. Ia pergi tanpa pamitan sama sahabatnya mujair. Katak pergi agak jauh dari biasannya. Setelah sampai disuatu padang rumput disekitar kolam. Ia melihat banyak hewan – hewan dengan berbagai aktivitas masing – masing. Ia asyik menyaksikan kegiatan hewan – hewan tersebut sampai lupa hari sudah sore. Katakpun kembali ke kolam. Sesampai dikolam, mujair telah menunggunya. Berharap ada cerita yang lebih menarik lagi dari sahabanya tersebut. Pasti saja, katak menceritakannya apa yang dia lihat kepada mujair.

Mujair : apa saja yang kau lihat hari ini ! ceritakan dong, apa masih sama dengan apa yang kamu lihat pada hari kemarinya ? tanya Mujair penasaran.

Katak : sebagian sama, namun banyak perbedaannya, “Njir” ! jawab katak simpel.

Mujair : emang apa saja perbedaannya ? ceritakan dong “Bong” ! goda Mujair penuh harap karena penasaran.

Kemudian katak menceritakkan apa yang dia lihat pada sahabatnya tersebut secara detail. Katak saat berada diluar kolam dan agak jauh, ia berada disuatu padang rumput, ia melihat ada rusa yang tanduknya bercabang – cabang sedang makan rumput dan sebagiannya sambil kejar – kejaran. Kemudian ia melihat juga, kerbau dan  sapi sedang memakan rumput, kupu – kupu yang berterbangan dengan warna yang indah disayapnya.

Mujair yang saat itu mendengar cerita sahabatnya, ia mulai membayangkannya lagi bahwa, rusa yang tanduknya bercabang – cabang sedang makan rumput dan sebagiannya sambil kejar – kejaran,  kerbau dan sapi yang sedang makan, kupu – kupu yang berterbangan dengan warna yang indah disayapnya, bentuknya semua seperti ikan (Mujair).

Mujair          : Hummm...! asyik bangat ya diluar sana. Ingin rasanya aku kesana. Gumam mujair. Dalam hati ia berpikir bahwa apa yang diceritakan itu bentuknya sama seperti dia ( Mujair).

Katak           : boleh “ Njir”, ikut yuk!. Ajak sang katak.

Mujair          : siap laksanakan, tapi sudah waktunya kita istirahat, hari sudah larut. tawar Mujair.

Merekapun istirahat, dan tertidur pulas.

 

Keesokkan harinya sebagaimana biasa mereka kembali beraktivitas. “Bong” kembali pergi dari kolam seperti biasannya. Kali ini aku akan pergi lebih jauh lagi. Iapun berangkat melompat dari tahap ketahap menyusuri semak – semak disekitar kolam tempat tingggalnya. Hingga ia pun melewati beberapa malam dari kepergiannya kali ini. Tidak terasa ia sudah melewatkan 72 jam dari perjalannya, baru ia menyadari bahwa ia sudah pergi begitu jauh. Dalam perjalannya kali ini ia menjumpai ular. Ular ingin memakannya, iapun lari tanpa melihat kebelakang. Hampir ia dingkap ular. Namun, tiba – tiba ular terbang diangkasa. Katak pun melihatnya, ternyata ular dimangsa sama burung yang besar, dan katak tahu burung itu adalah elang. Katak beristirahat sebentar, melepas lelahnya, dan rasa sesak karena ketakutan. Melihat kondisi seperti yang baru ia rasakan, katak bergegas kembali ke kolam. Ia teringat sahabatnya menunggu yaitu Mujair. Sehinggga sampailah ia kepa kolam tempat tinggalnya bersama mujair setelah melewati beberapa malam.  

Dikolam sebagaimana biasa mujair telah menunggunya. Ternyata ia juga mengkwatirkan sahabatnya. Ia berpikir sahabatnya sudah tidak mungkin kembali lagi. Ia berenang mondar – mandir kerisauan. Dalam bayangannya ia takut bahwa sahabatnya sudah merasa nyaman ada diluar sana.

Tiba – tiba terdengar suara air cemplukan. Mujair dengan sigap menghampirinya. Dan ia melihat sahabatnya sedang ngos- ngosan.

Mujair          : Hey... ! kenapa kamu terlihat ketakutan ? apa yang terjadi ? tanya mujair penasaran sambil menempelkan mulutnya di kepala katak sahabatnya.

Dengan nada redup, dan napas terengah, katak menjawab pertanyaan sahabatnya,

Katak           : aku ... aku ... ! hampir dimangsa ular. Lirih katak

Mujair          : bagaimana ceritanya sehingga kau ingin dimangsa ular ? tanya mujair semakin penasaran.

Katak pun menceritakan kejadiannya kepada sahabatnya tersebut setelah ia merasa lebih tenang.

“ternyata diluar sanapun sangat menakutkan, kendati banyak keindahan yang didapat. Dalam perjalananku kali ini, aku melihat rusa dimakan oleh segerombolan singa, mereka mencabik – cabinknya dan menggigit – gigitnya untuk memakan daging rusa itu sedikit  demi sedikit sampai rusa tersebut tinggal kepala sama rangka badanya. Setelah mereka merasa kenyang mereka meninggalkannya. Kemudian datang lagi sekelompok hewan lain yang bernama Hayna yang memakan sisa – sisa dari rusa yang dimakan singa tadi. Sehingga daging rusa yang gemuk kini tinggal tulang – belulang saja. Jelas kata kepada mujair.”

“selain dari itu aku juga melihat hewan yang kecil sepertiku yang sedang makan daun – daun yang muda. Badanya bulat agak panjang, memiliki antena, dan kakinya ada dua pasang ditiap sisi perutnya, dan satu tiap sisi kepalanya, dan dia adalah belalang. Pada belalang sedang asyik melahap daun itu, tiba – tiba ia dipatuk oleh burung dan iapun dibawa pergi. Namun anehnya, burung itu datang dan melahap belalang tersebut diranting pohon didepan ku. Setelah selesai melahap belalang. Burung itupun ditangkap oleh burung yang lebih besar darinya, sampai ia pun dimakan oleh burung yang lebih besar tersebut yang bernama elang” itulah ceritanya “Njir” aku menjadi ketakutan. Sehingga aku lari. Aku takut dilihat oleh burung itu, sehingga aku lari. Namun, ditengah jalan malah aku dikejar ular. Untung elang itu melihat ular dan memangsanya.

Mujair          : wah ....! seru juga ya ceritanya. Aku penasaran deh, lirih mujair.

Katak           : apa ? jadi cerita saya itu tidak menakutkanmu ? balas katak ngambek

Mujait          : bukan begitu. Aku ini penasaran. Aku ingin melihat seperti mu. Jelasnya

Katak           : ya...! bagaimana lagi. Keluar saja untuk menyaksikan. Katak menggoda.

Mujair          : boleh. Nanti kita lihat saja.

Pada saat itu mujair masih membayangkan bahwa semua hewan – hewan yang diceritakan sahabatnya tersebut mirip dengannya. Ia ingin melihat hewan – hewan yang mirip dengannya itu. Sungguh luar biasa diluar sana.” Gumam, Mujair.

Beberapa hari kemudian.

Katak menemani sahabatnya mujair bermain dikolam. Ia enggan untuk pergi beberapa hari. Ia ingin menenangkan diri bersama sahabatnya mujair terdahulu. Namun, katak merasa bosan ada didalam air terus. Sehingga, ia akhirnya kembali pergi lagi. Kali ini ia berpamitan pada sahabatnya.

“”Njir” aku berangkat dulu ya, aku akan membawa cerita lebih banyak buatmu”. Assalamualaikum !” sapa katak pada sahabatnya tersebut.

“ok...!, hati – hati “Bong” cepat pulang, aku merindukannmu. sahut Mujair.

“siap, “Njir” ! jawab katak sambil pergi dengan meloncat.

 

Sudah seminggu katak pergi, namun belum juga kembali. Sahabatnya mujair mulai merisaukannya. Mujair mencoba meloncat keluar dari kolam, untuk mencari sahabatnya katak. Namun ia sering gagal. Sesekali ia berhasil keluar namun kembali ia masuk kembali kedalam air karena loncatanya belum jauh dari pinggir kolam. Setelah seminggu ia mencoba loncat keluar, kini mujair pun berhasil mendarat dipinggir kolam. Senang rasanya, karena dapat sampai mendarat dan  ia ingin melihat sebagaimana yang dilihat oleh sabahabatnya itu. Namun, petaka datang menghampirinya. Mujair merasakan sesak, badanya terasa agak kaku, hawanya begitu panas, dan matanya kabur. Ia tidak bisa melihat sebagaimana yang katak ceritakan. Karena tidak tahan dengan apa yang ia rasakan ia pun pingsan.

Setelah selang beberapa waktu mujair siuman. Ia terbangun dari pingsanya.

Mujair          : dimana aku ? apakah aku sudah didarat ? mana hewan – hewan itu ? tanya mujair kepada sahabatnya.

Katak           : hahaha...! mujair ... mujair. Kamu ini lucu deh. Kamunya pingsan dipinggir kolam kok...! jawab katak meledek

Mujair          : Memang apa yang terjadi ? mujair masih penasaran

Katak           : ok ... ok ! saya jelaskan. Jawab katak. “ kamu itu saya temukan lagi pingsan dipinggir kolam”. Untung saya datang tepat waktu, dan menemukan mu. Kalau tidak kamu sudah mati dimakan oleh semut – semut dipinggir kolam itu. Jelas katak panjang;

Mujair meneteskan air mata, mendengar cerita dari katak.

Katak           : mengapa kamu bersedih ? tanya katak khawatir

Mujair          : “Bong”...! aku ingin melihat seperti mu. Dan aku juga khawatir dengan mu. Takut musibah seperti ceritamu kemari terjadi lagi. Sehingga akhirnya aku memutuskan keluar dari kolam untuk mencari mu. Namun, setelah aku berhasil mendarat aku merasakan berbeda sebagaimana yang kamu ceritakan. Jelas mujair sedih.

Katak           : oh gitu ! jawab katak sambil berpikir akan kejadian itu.

Mujair          : syukurlah ...! kau datang tepat waktunya “Bong” , sehingga nyawaku tertolong. Terimakasih atas pertolongan mu, kau sahabat terbaik. Ucap mujair.

Katak           : sama – sama “Njir”. Kau juga sahabat terbaik ku. Jawab katak santun

 

Mulai saat itu, katak dan mujair mulai menyadari bahwa banyak perbedaan diantara mereka. Katak, diberi kemampuan untuk hidup di dua alam yaitu di dalam air dan di datar. Sedangkan, mujair yang berupa ikan hanya mampu hidup di satu alam yaitu di air saja. Sambil berenang mengelilingi kolam katak bercerita kepada mujair.

Katak           : “Njir” harusnya kita bersyukur.

Mujair          : kenapa ?

Katak           : karena, banyak hewan diluar sana yang tidak bisa seperti mu. Jelasnya

Mujair          : maksudnya bagaimana?

Katak           : ya... ! mereka tidak bisa hidup didalam air seperti mu. Manusia, Kambing, Sapi, kerbau, belalang, kupu – kupu, semut, rusa, harimau, singa, hayna, elang, dan burung yang saya lihat itu tidak bisa seperti mu.

Mujair merasa senang, karena ternyata banyak juga hewan yang hanya mampu hidup satu alam sepertinya. Walaupun berbeda alam. Namun, sama – sama hanya mampu hidup satu alam saja.

Mujair          : oh iya ya ... ! Terimakasih “Bong” kau telah mengingatkan ku akan nikmat yang diberikan Allah kepada ku. Akau hampir lupa. Jelasnya.

Katak           : sama – sama “Njir”. Aku juga baru menyadari setelah kejadian ini. Aku walaupun bisa hidup di dua alam. Namun, alam didarat lebih menyeramkan, selain memiliki keindahan yang sempurna.

Kini katak dan mujair beraktivitas seperti biasanya sesuai dengan kemampuan yang didapatnya dari Allah subahanahuwata’ala. Dan mereka tidak memutuskan tali silaturahim atau persahabatan mereka, walau katak sering keluar dan meninggalkan mujair dalam kolam. Mujair tidak perlu khawatirkan lagi.

 

*** Sekian***

***By : Erdin Putra Fajar***


ADMIN06